Selasa, 31 Mei 2011

pemahaman karakter cahaya

Untuk mendalami bidang fotografi, siapa pun harus punya pengetahuan dasar yang baik tentang cahaya (light). Hal ini penting karena cahaya memegang kunci utama dalam penentuan eksposur yang diatur oleh shutter dan aperture pada kamera. Setelah memahami tentang cahaya, tahap selanjutnya adalah mengerti tentang pencahayaan (lighting) sehingga mampu menghasilkan foto yang lebih baik dalam berbagai kondisi pemotretan.
Di alam ini sumber cahaya sangatlah beragam dan kompleks, mulai dari sinar matahari, bermacam jenis lampu dan benda lain yang berpendar. Tiap sumber cahaya memiliki intensitas dan temperatur warna yang berbeda-beda, sehingga diperlukan kemampuan dalam mengenali karakter masing-masing sumber cahaya. Intensitas menandakan seberapa terang cahaya yang ada, kaitannya dengan berapa nilai eksposur yang dipakai.
Sinar matahari di siang hari memiliki intensitas tinggi, menghasilkan pencahayaan yang keras dan membuat bayangan yang jelas. Jenis cahaya semacam ini biasa disebut sebagai hard light (pencahayaan keras). Sedangkan sinar yang dari bersumber dari lampu (misalnya lampu studio) lebih fleksibel karena bisa diatur intensitasnya. Sinar dari lampu juga bisa diatur supaya lebih lembut sehingga menghasilkan bayangan yang samar. Biasanya untuk itu digunakan diffuser, reflector, omni bounce atau soft-box. Sinar yang sudah diatur untuk lebih lembut seperti itu biasa dinamakan soft light (pencahayaan lembut).
Bermacam sumber cahaya di alam ini memiliki warna yang berbeda-beda. Bahkan sinar matahari juga memiliki warna yang berbeda saat pagi, siang dan sore hari. Rentang warna cahaya di alam ini berkisar dari 1.900 K (berwarna kemerahan) hingga 12.000 K (berwarna kebiruan), dimana warna putih sendiri memiliki temperatur warna sekitar 5.600 K. Mata manusia mampu mengkompensasi berbagai perbedaan warna dari berbagai sumber cahaya sehingga saat melihat benda berwarna putih akan tetap tampak putih. Namun pada kamera digital, bila temperatur warna yang ditangkap berbeda dengan sumbernya, maka hasilnya benda putih akan berwarna kebiruan atau kemerahan. Untuk itu tersedia fitur white balance yang digunakan untuk menyesuaikan dengan temperatur warna dari sumber cahaya yang ada.
Untuk menerangi obyek, pencahayaan yang tepat juga perlu memperhitungkan arah datangnya sinar. Umumnya tentu sinar datang dari depan obyek (front light), sehingga mampu menerangi obyek seperti saat memakai lampu kilat. Namun arah sinar seperti ini memberi hasil foto yang flat dan tidak berdimensi.Untuk memberi kesan berbeda dan memiliki kedalaman dari sebuah foto, diperlukan sinar yang datangnya tidak persis dari depan obyek, melainkan datang dari arah samping obyek (side light). Sinar dari samping ini bisa menghasilkan dimensi atau kedalaman karena adanya perbedaan terang gelap yang bila secara jeli dioptimalkan maka bisa mendapat foto yang artistik. Contoh pemakaian adalah untuk fotografi lighting, dengan si model berdiri di samping jendela dan cahaya menyinari bagian samping dari si model.
Berbeda dengan sinar yang datang dari depan atau samping, sinar yang datang dari arah belakang lebih sulit untuk disiasati. Kondisi yang seperti ini biasa disebut dengan back light, dimana sinar justru menerangi obyek dari arah belakang. Prinsipnya back light akan membuat objek foto jadi siluet/gelap, sehingga tentukan dulu apakah siluet ini memang hasil yang diinginkan atau tidak. Bila kita tidak sedang ingin membuat foto siluet, usahakan menghindari memotret dengan back light. Meski ada trik untuk mengatasi back light, tapi hasilnya tidak akan optimal. Maka itu usahakan merubah posisi obyek atau fotografer bila berhadapan dengan cahaya dari belakang.

1 komentar: